wacana islam kepulauan


WACANA ISLAM KEPULAUAN
Oleh: Hamzah

Tulisan ini bertujuan untuk membuka jalan. Menuju kerja nyata akademik. Melakukan penelitian.

Tulisan ini, tentu saja tidak menjelaskan konsep  Islam Kepulauan (IK).  Tapi hanya membuat semacam "penyadaran"  kepada pengusung konsep IK. Tanggung jawab moral akademik, belum selesai. Bahkan baru sekadar diskursus.

Secara historis, lahirnya konsep "IK di kalangan sivitas akademika STAIN/IAIN Ternate, bagi saya, tidak paham sedikitpun.

Biasanya kalau ada konsep yang hendak di-launching, sebelumnya diadakan seminar proposal, FGD, kajian atau seminar terbuka tentang hasil penelitian.

Seingat saya, belum pernah dilakukan.  Khusus tentang IK. Mungkin saja pernah dilakukan, tapi tidak terbuka secara umum. Hanya berdua atau bertiga orang saja.

Akibat "kecelakaan" akademik ini, melahirkan kegaduhan dan desas-desus berkepanjangan.

Bahkan lebih ruwet lagi, tiba-tiba sudah menjadi visi misi STAIN/IAIN Ternate.

Alangkah naifnya, sebuah konsep yang belum jelas, tiba-tiba dijadikan sebagai haluan. Atau menjadi pelabuhan, di mana bahtera besar STAIN/IAIN Ternate akan berlabuh.

Bagaimana mungkin sivitas akademika mewujudkan mimpi-mimpi mereka ?  Sedang mimpi-mimpi itu tidak bisa terbaca dengan jelas. Berserakan bak benang kusut tertiup angin.

Ironis bukan ?

Ini masalah tidak kecil. Sebab sudah terlanjur menjadi visi misi lembaga. Artinya, seluruh program kegiatan, tetutama Tri Dharma, wajib tersinkronisasi dengan IK.

Materi kuliah, tema penelitian, tema pengabdian kepada masyarakat.  Sampai kepada kebijakan-kebijakan finansial dan kerjasama lembaga. Semua harus mencerminkan dan sejalan dengan IK.

Kenyataannya ?

Kurang lebih 7 tahun saya bekerja di LP2M, bidang penelitian dan PKM. Lembaga ini paling bersentuhan langsung dengan pengejawantahan visi misi. Tapi belum pernah sekali-dua kalipun, tema penelitian dan PKM berkontribusi kepada mimpi besar, pembangunan masyarakat IK.

Saya pernah coba menyetel agar semua tema proposal penelitian, terarah kepada atau concern dengan IK. Tapi apa lacur ?  Tak satupun calon peneliti yang memenuhinya.

Mengapa ?  Ya karena tidak jelas. Tidak ada petunjuk sedikitpun tentang bagaimana, apa, untuk apa, IK itu dioperasionalkan.

Selain itu, mungkin tradisi kita yang tidak terlalu mementingkan soal sistem terkait dengan implementasi visi misi lembaga.

Semua serba bingung. Bak dua orang saling bertatapan, karena sedang dilanda heran.

Sekali lagi. Ini masalah besar yang harus kita selesaikan bersama. Agar masalah akademik yang ditimbulkan oleh konsep tetsebut berakhir.

Dalam sebuah Workshop, berkaitan dengan masalah borang akreditasi. Saat membincangkan visi misi. Saya sempat mengusulkan agar visi misi itu dianulir. Diganti dengan visi misi yang lebih sederhana dan realistis.

Narasumber saat itu berseloroh, visi misi kalian terlalu besar. Beliau lantas mencontohkan seperti baju yang terlalu besar, dipasangkan pada badan yang kurus.

Kedatangan 
Islam di Maluku Utara

Kesultanan Ternate sejak abad ke-13 M. menjadi tempat tujuan pedagang Timur Tengah dan Eropa.

Mereka tertarik kepada rempah-rempah yang dihasilkan oleh tanah yang subur kesultanan Ternate. 

Ternate secara geografis berada di persimpangan jalan internasional Timur Tengah, Tiongkok menuju benua Amerika dan Autralia.  Rempah-rempah seperti cengkeh dan pala menjadi bahan makanan yang dibutuhkan oleh bangsa-bangsa tersebut.

Karena itu  Maluku Utara menjadi strategis dan penting dengan lalu lintas perdagangan dunia melalui jalur laut.

Sekaitan kedatanfan Islam di Maluku Utara. HM. Saleh A. Putuhena (peneliti disertasi, mantan rektor IAIN Alauddin Ujung Pandanf), pernah mencoba sedikit mau memaksakan, bshwa kedatangan Islam di Maluku Utara, bersamaan dengan perkembangan Islam mencapai puncaknya pada abad ke-8 Masehi.

Lebih lanjut, Usman Thalib, menceritakan  dalam buku "Sejarah Masuknya Islam di Maluku" yang sejalan dengan  tradisi lisan lokal,  bahwa Islam didatangkan ke Maluku Utara pada akhir abad ke-2 Hijriah (abad ke-8M) oleh empat ulama dari Irak (Persia).

Demikian juga tradisi lisan  tokoh adat yang menuturkan, bahwa pembawa Islam ke Maluku Utara adalah Imam Ja'far al- Shadiq. Petinggi kaum Syi'ah yang masih keturunan dengan khalifah Ali bin Abi Thalib.

Faktanya HM. Saleh A. Putuhena, tidak sanggup melanjutkan.  Sebab bukti-bukti historis dan catatan sejarah, tidak mampu beliau temukan.

Dalam konteks kedatangan Islam bawaan Imam Ja'far Shadiq. Tidak mendapat kepastian.  Sampai saat ini
belum ada ahli sejarah  yang bisa menjelaskan.  Antara bukti tahun masuknya Islam di Maluku Utara, dengan masa hidup Ja'far yakni pada tahun 83-114 H.

Ketidakpastian kapan tepatnya waktu kedatangan Islam.  Siapa pembawanya. Lebih disebabkan  minimnya tulisan yang bisa menjadi referensi.

Ini juga mengindikasikan kelemahan tradisi literasi menulis oleh orang Maluku Utara. Khususnya tentang sejarah, termasuk kedatangan Islam di Maluku Utara.

Corak Ke-Islaman Masyarakat Maluku Utara

Ini bagian tetpenting, jika ingin bicara soal konsep IK.

Secara Qawa'id (gramatik), susunan kata IK yang bisa ditranslate menjadi "Islam al-jaziriyah" statusnya adalah "mudhaf wa mudhaf ilaih" (sandar-disandarkan).  Karena itu kalimat itu harus diartikan dengan menambah kata "fii", sehingga berarti "Islam yang eksis atau dijalankan (di) Kepulauan" atau Maluku Utara.

Seperti bagaimana Islam dimaksud ?

Tentu harus mengkaji serius.  Secara historis, sosiologis, antropologis dan mungkin secara historiografis.

Tentu saja cara atau pendekatan yang akan digunakan. Disesuaikan dengan keinginan peneliti secara prosedural dan ilmiah.

Jika hendak melakukan penelitian tentang corak ke-Islaman masyarakat Maluku Utara, maka sejumlah variabel, penting harus dipelajari.

Sejarah kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan seni, berikut segala yang tetkait di dalamnya, akan turut menentukan.

Soal geografi dan antropologi. Tempat atau daerah di mana masyarakat hidup dan ber,ukim. Menjadi sangat penting.

Demikian juga asal usul, suku dan bahasa masyarakat. Harus menjadi prioritas.  Sebab semuanya itulah yang menentukan atau memengaruhi corak dan cara beragama mereka.

Salah satu contoh sederhana. Melacak corak ke-Islaman masyarakat. Dengan menyelami  misalnya siapa pembawa Islam, siapa raja yang betkuasa saat itu.

Hasil literasi  tentang kapan dan siapa pembawa Islam. Menjadi penting untuk menjadi bahan analisi, seperti bagaimana karakteristik pembawa Islam ?

Tentu karakter tersebut akan berpengaruh terhadap corak Islam yang dijalankan oleh masyarakat.

Demikian juga siapa sultan atau raja yang bertahta saat Islam dikembangkan. Umumnya masyarakat  mengikuti--model--agama rajanya (الرعية على دين ملكهم).

Untuk memastikan seperti apa konsep IK.  Tidak bisa tidak memperhatikan, kemungkinan arah yang harus disasar dalam penelitian.

Mengemukakan konsep IK, mau tidak mau, harus mengkaji secara mendalam dan.komprehensif, item-item yang disebutkan di atas. Tentu saja dengan memperhatikan juga, metodologi dan pendekatan yang relevan.

Ternate, 22/7/20

Komentar

Postingan Populer