PEMIMPIN ITU TAULADAN, PENYEMANGAT DAN PENDORONG

PEMIMPIN ITU TAULADAN, PENYEMANGAT DAN PENDORONG 

Oleh: Hamzah

Salam literasi !

   Mungkin tulisan ini akan menuai kritik dari kalangan tertentu.  Tapi sama sekali tidak masalah bagi saya.  Sebab saya tentu bertanggung jawab sepenuhnya.
   Apa yang saya tulis adalah berdasarkan fakta, meski dengan menggunakan cara yang kritis dan lugas.  Saya terlebih dahulu memohon maaf jika ada yang kurang berkenan.  Saya tidak bermaksud lain, kecuali berbagi gagasan dan wujud kecintaan saya kepada lembaga tempat saya mengabdi selama kurang lebih 20 tahun. Izinkan saya memulai.

   Pemimpin merupakan gelar yang di dalamnya tetdapat kekuasaan (الملك).  Ia merupakan anugerah.  Allah menganugerahkan, pun mencabut kekuasaan kepada orang-orang yang dikehendaki (QS. Ali 'Imran: 26).  Itu sebabnya seorang pemimpin atau penguasa harus memiliki syarat.  Salah satunya adalah rasa tanggung jawab.
      
   Rasulullah saw. bersabda bahwa "Kalian semua adalah pemimpin dan kalian dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya".

   Tanggung jawab merupakan kata kunci dalam sebuah kepemimpinan.  Seorang pemimpin harus memiliki sikap berani dan komitmen serius, bukan saja terhadap pencapaian tujuan lembaga secara bersama.  Tapi juga menyelesaikan masalah-masalah yang setiap kali muncul dalam kepemimpinannya. Sebab itu sehingga seorang pemimpin, harus berkemampuan dan berkarakter kuat.    

   Dalam falsafah Jawa, Ki Hadjar Dewantara mencetuskan bahwa pemimpin harus memiliki tiga karakter kuat yaitu :

   Pertama, "Ing Ngarso Sung Tulodo". Pemimpin itu menjadi tampil terdepan sebagai  tauladan.

   Pemimpin itu wajib paling depan memberi tauladan.  Jika terjadi masalah, pemimpin harus yang paling terdepan bertanggung jawab menyelesaikan masalah.
   Bukan pemimpin yang bergaya suka melempar isu.  Setelah itu berdiam diri tanpa ada upaya sedikitpun bertanggung jawab.  Karakter seperti ini tidak pantas dipelihara.

  Pemimpin (dari berbagai level) tidak bisa tidak, di group WA itu wajib tampil terdepan bersuara jika ada masalah, baik sosial group maupun akademik kelembagaan.
   
   Ada trend saat ini, jika ada masalah, pimpinan berdiam diri, menjaga atau irit bicara di group WA.  Ini mungkin tidak salah seluruhnya, sebab hendak  menjaga dan memelihara wibawa atau kharisma.

   Sayangnya wibawa dan kharisma biasanya menguat dan lahir dari sikap tanggung jawab.  Semakin bertanggung jawab, wibawa semakin kuat.

   Mari membaca sejarah para pemimpin besar, bahkan pejuang Islam atau pejuang Kemerdekaan.  Mereka semua tampil terdepan memberi contoh.  Bukan saja contoh, tapi mereka benar-benar terdepan berani menerima resiko apapun yang bakal terjadi. 

   Kedua, "Ing Madya Mangun Karso".  Pemimpin berada di tengah-tengah membangun semangat.

   Pemimpin wajib hukumnya membangun semangat di kalangan bawahan. Semangat yang dibangun harus positif dalam rangka mencapai tujuan bersama.

   Banyak hal yang harus dilakukan pimpinan dalam konteks kelembagaan.  Memberi semangat para dosen mempercepat mengurus guru besar, membenahi proses membangun Akreditasi lembaga agar semakin membaik, dll.  Contoh-contoh ini yang harus diarusutamakan di group WA.  Bukan melulu memposting dengan cara meneruskan konten-konten video, jadwal Webinar dari kampus lain, bukan juga konten lucu-lucuan. Apalagi memposting konten yang mengandung potensi kontroversial anggota group, setelah itu diam duduk manis.
   Konten video atau info lucu dan cerita bernuansa porno, siapa sih yang tidak lagi bisa mengakses dengan mudah dan cepat ?  Malah mungkin orang lain sudah mengakses duluan.  Tetpenting dan berat diposting adalah langkah-langkah strategis dan konkret tentang penyelesaian masalah internal, pendongkrakan mutu akademik dan kelembagaan.  Hal ini yang mesti diprioritaskan dan digaungkan bersama.
   
   Saya ingin mengutip langsung harapan salah seorang dosen yang berucap "saya sebenarnya berharap ke pimpinan, jika ada maslah, buang suara ka barang dua patah kata, biar bisa menyejukkan".

   Sebagai masyarakat kampus, kita harus bersikap luar biasa kepada WA group.  Harus berbeda sikap dengan khalayak pada umumnya.  Pesan-pesan akademik perlu kita lebih prioritaskan.

   Akselerasi atau percepatan guru besar, rekrutmen mahasiswa baru dalam jumlah besar.  Hal ini yang perlu prioritas dan dicarikan strategi dan langkah konkret oleh pimpinan.  Jika ini diarusutamakan di WA group, akan menjadi positif dan mendapat respon dan solusi dari teman-teman.

   Ketiga, "Tut Wuri Handayani". Pemimpin memberi dorongan dari belakang.

   Pemimpin harus jeli melihat bawahannya yang sedang terpuruk, problematik, lantas mendorong mereka untuk keluar dari masalah.  Lembaga atau unit yang sedang mengalami problem, pimpinan harus mengkoordinasikan penyelesaiannya.

***

   Dalam falsafah Bugis, pemimpin disebut dengan "Pangulu" (dari kata penghulu).  Seorang Pangulu tersandang di pundaknya tanggung jawab yang berat, bahkan Pangulu lah yang berisiko paling pettama yang menanggung akibat, bukan bawahan atau rakyat.  Itu sebabnnya, dalam masyarakat Bugis,  alat atau perkakas dapur dan kebun yang menjadi alat utama bekerja, seperti parang, pisau, cangkul, pacul, memiliki pangulu yang kokoh.  Pangulu di sini berbentuk gagang yang memegang peran penting.  Perkakas utama ini hanya bisa digunakan dengan baik dan fungsional, jika memiliki pangulu ysng pas dan kokoh.

   Artinya pemimpin itu paling bertanggung jawab dan paling terkemuka terkena imbas masalah, sebagaimana pangulu-pangulu bagi perkakas  yang tentu saja sering aus bahkan paling duluan rusak atau hancur.

   Dalam konteks IAIN Ternate saat ini, ada baiknya  kita semua bisa  legowo dan berbesar hati  merubah "mindset" dan cara pandang kita dalam menjalankan tupoksi.  Terjadinya mal tupoksi, mungkin karena kurang pahamnya kita.  Contoh kecil pucuk pimpinan yang gemar memposting sekedar surat undangan, edaran, pemberitahuan, pengumuman, jadwal. Apa tidak sebaiknya ditugaskan kepada pegawsi yang berwenang. Ada tupoksi besar dan mendesak bagi seorang pimpinan untuk dipikirkan dan diselesaikan, daripada bertugas pada hal yang receh-receh.  Naif.

   Karena WA group saat ini menjadi media utama dan penting.  Tidak bisa lagi dihindari media ini untuk dijadikan alat membangun sinergitas untuk mencapai visi dan misi.  Jangan dilihat lagi WA group sebagai media entertain atau tempat bercanda semata.  Tapi menjadikan media sebagai salah satu alat pengarusutamaan pencapaian Visi dan Misi.

   Mari sama berharap agar mimpi bersama kita bisa terwujud melalui langkah-langkah konkret, berani dan bertanggung jawab.  Meskipun melalui WA group dan ini tidak ada salahnya. Toh kampus-kampus besar justeru memanfaatkan medsos sebagai instrumen penting menjalankan Program-programnya.  Contoh yang dilakukan oleh Subdit Litapdimas, Puslitpen dan PKM, yang menjadikan WA group sebagai media pokok pelaksanaan program kerja mereka.
Wallahu a'lam.

Ternate, 1/9/2020

Komentar

Postingan Populer